Tiga komandan Hamas disebut telah terbunuh, menurut klaim IDF.
Sejak pekan lalu, Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza lumpuh setelah pasokan bahan bakar dan persediaan obat-obatan habis, kata Kepala Presidium MER-C Dr Sarbini Abdul Murad.
Kendati begitu para tenaga medis tidak akan meninggalkan rumah sakit meskipun telah berkali-kali nyaris terkena serangan roket oleh militer Israel.
Itu mengapa dia dan pengamat Timur Tengah, Tia Mariatul Kibtiah, meminta pemerintah Indonesia lebih aktif melakukan diplomasi ke negara-negara yang ‘menyokong’ kedua belah pihak agar melakukan gencatan senjata demi kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebab bagaimanapun, menurut Tia, rumah sakit tersebut adalah simbol wajah Indonesia sebagai negara yang tak boleh diperlakukan semena-mena.
BACA JUGA : Puluhan Ibu Hamil di Gaza diperkirakan akan Meninggal karena Melahirkan Sendirian di Rumah Puluhan Ibu Hamil di Gaza diperkirakan akan Meninggal karena Melahirkan Sendirian di Rumah
Adapun Presiden Jokowi dijadwalkan terbang ke Arab Saudi untuk berunding dengan negara-negara OKI sebelum menemui Presiden AS, Joe Biden, untuk mendesak penghentian perang.
Beroperasi di tengah pemadaman listrik
Kepala Presidium MER-C, Dr Sarbini Abdul Murad, mengatakan serangan kembali dilancarkan militer Israel ke area sekitar RS Indonesia pada Kamis (09/11) malam.
Serangan udara jet tempur itu membuat beberapa plafon bangunan ambruk. Jendela dan lemari yang terbuat dari kaca juga pecah.
“Bangunan rumah sakit masih utuh, hanya bagian dalam yang rusak karena getaran roket militer Israel sangat kencang,” ujarnya kepada BBC News Indonesia, Jumat (10/11).
Sasaran dari serangan tersebut, lanjut Sarbini, adalah kamp-kamp pengungsian yang jaraknya tak lebih dari 100 meter dari rumah sakit.
Ia menduga serangan berkali-kali ini dimaksudkan untuk meneror warga yang berlindung di rumah sakit agar pindah. Dengan begitu militer Israel bisa ‘mengeksekusi’ RS Indonesia -yang diklaim sebagai tempat berlindung kelompok Hamas.
“Tapi karena masyarakat berlindung di sana, nggak bisa diserang sebab akan banyak sekali jatuh korban. Jadi mereka [militer Israel] melakukan serangan dan teror ke area yang paling dekat dengan rumah sakit.”
Saat ini RS Indonesia tak hanya diisi oleh pasien yang membutuhkan perawatan, tetapi warga sekitar yang mencari perlindungan. Mereka memadati tiga lantai rumah sakit beserta halaman depan.
BACA JUGA: Warga Palestina Dilanda Krisis Pangan, Saat ini Hanya Satu Toko Roti yang Tersisa di Gaza
Para dokter dan perawat, menurut Sarbini, tak mungkin mengusir mereka lantaran rumahnya sudah tidak aman.
Sementara untuk merawat korban luka, dokter di sana hanya bisa berbuat seadanya.
“Contoh kalau ada yang luka dibersihkan dengan air seadanya, bukan cairan khusus, lalu ditutup perban. Jadi bukan standar normal dijahit. Tidak memenuhi standar dan dilakukan dengan keterbatasan,” ungkapnya.
Banyak pasien infeksi karena [perawatan] tak sesuai standar.”
Dia juga mengatakan pasokan bahan bakar yaitu solar sudah habis. Begitu juga dengan persedian obat-obatan, makanan, minuman menipis.
Para staf medis, kata Sarbini, terpaksa melakukan penghematan yang luar biasa.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya