Potretsumut.com, Gaza – Konflik Israel-Palestina yang tak kunjung usai, diperkirakan akan membuat puluhan ibu hamil akan meninggal karena terpaksa melahirkan sendirian di rumah
Seperti yang dilansir dari Gazamedia Chanel, Di daerah Yarmouk di pusat Kota Gaza, seorang perawat yang bekerja di bangsal bersalin Rumah Sakit al-Sahaba mengatakan bahwa rumah sakit tersebut ditutup pada akhir pekan lalu karena kekurangan bahan bakar.
Itu adalah bangsal bersalin terakhir di Kota Gaza, yang berarti ibu hamil di area tersebut tidak bisa lagi menjalani operasi caesar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain itu, wanita yang mengalami keguguran tidak akan dapat menerima perawatan medis yang mereka perlukan untuk menyelamatkan nyawa.
“Sejak awal agresi, kami telah menerima puluhan kasus perempuan mengalami keguguran karena takut akan pengeboman dan stres berat,” Aya Muhammed, perawat berusia 25 tahun, mengatakan kepada MEE.
Saat ini, bayi-bayi di NICU terpaksa dipindahkan ke ranjang biasa di Rumah Sakit Al Al Shifa di Gaza.
View this post on Instagram
Akibat pengengepungan yang terus terjadi di rumah sakit, zionis memutus pasokan oksigen dan bahan bakar serta membahayakan nyawa bayi-bayi tersebut.
Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan setidaknya ada 2.300 orang yang masih berada di dalam rumah sakit – sekitar 650 pasien, 200-500 staf dan sekitar 1.500 orang yang berlindung.
Jumlah ini mencakup bayi baru lahir yang disimpan di ruang bedah rumah sakit.
Staf mengatakan bahwa tiga dari 39 bayi yang mereka rawat telah meninggal selama akhir pekan karena kurangnya inkubator.
Bayi yang selamat menghadapi risiko kematian yang serius, kata dokter.
Staf rumah sakit mengatakan untuk memindahkan bayi dengan aman akan membutuhkan peralatan canggih, dan bahwa tidak ada “rumah sakit yang lebih aman” di dalam Gaza.
Marwan Abu Saada, seorang ahli bedah di Al-Shifa, mengatakan bahwa ada pengeboman di sekitar rumah sakit dan ambulans tidak bisa masuk.
Abu Saada mengatakan pada hari yang sama bahwa 300 liter hanya akan “bertahan 30 menit”, dan bahwa rumah sakit saat ini membutuhkan 10.000 liter sehari untuk beroperasi secara normal.
Ditambah lagi, meningkatnya risiko penyakit dari kebersihan yang buruk dan pembusukan mayat yang tidak dapat didinginkan.
Dr Mohamed Abu Selmia, manajer Al-Shifa, mengatakan ada sekitar 150 jenazah yang membusuk dan “mengeluarkan bau tidak sedap”.
Dia mengatakan bahwa pihak berwenang Israel masih belum memberikan izin bagi jenazah tersebut untuk dibawa dan dikuburkan.
Menurutnya, anjing kini telah memasuki halaman rumah sakit dan mulai memakan jenazah tersebut.
Dr. Marwan Al-Barsh yang merupakan direktur jenderal Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan situasi ini diperburuk oleh kurangnya bahan bakar untuk listrik di kamar mayat.
“Listrik diputus oleh pasukan Israel yang menargetkan generator, yang menyebabkan pembusukan mayat-mayat karena kita melihat cacing keluar dari mereka,” kata Al-Barsh seperti yang dilansir BBC.
Al-Bursh mengatakan pihaknya kesulitan untuk menguburkan jenazah karena ancaman militer Israel.
“Kami mencoba berkoordinasi dengan pasukan Israel agar kami diizinkan menguburkan jenazah di dalam rumah sakit, namun siapa pun yang mencoba keluar dari rumah sakit akan langsung ditembak,” ujarnya.
Israel mengatakan “dengan keyakinan” bahwa ada pusat komando Hamas di bawah rumah sakit Al-Shifa.
Mereka membagikan gambar tiga dimensi dari apa yang mereka sebut sebagai jaringan terowongan di bawah rumah sakit, dan rekaman yang kata mereka menunjukan pejuang Hamas yang membahas terowongan itu.
Hamas membantah menggunakan rumah sakit atau memiliki pusat operasi di bawahnya. Dokter di dalam juga bersikeras bahwa tidak ada kehadiran Hamas di sana
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menulis di media sosial X bahwa “tembakan dan pengeboman terus-menerus terjadi di daerah itu” yang kemudian “memperburuk keadaan yang sudah kritis”.
Beberapa laporan dari dalam rumah sakit mengatakan tidak ada makanan dan tidak ada bahan bakar untuk menyalakan pembangkit listrik.
Sehingga, mereka menggunakan energi matahari untuk memberi daya pada perangkat-perangkat penting.
Ada pula pemutusan jaringan komunikasi. Badan amal Doctors Without Borders tidak dapat menghubungi anggotanya di Gaza selama akhir pekan lalu.