Medan, PotretSumut – Dalam momen sakral Wisuda Universitas Negeri Medan (Unimed) periode Mei 2025, Prof Dr Syawal Gultom, MPd menyampaikan orasi ilmiah yang menggugah, bertajuk perubahan zaman, disrupsi teknologi, dan tantangan masa depan lulusan pendidikan tinggi.
Di hadapan ribuan wisudawan dan tamu undangan, Guru Besar tersebut menyampaikan pesan kuat, di mana tak ada kesuksesan tanpa strategi. Hal itu diungkapkannya gedung auditorium Unimed belum lama ini.
Dengan gaya tutur yang lugas namun penuh makna, Prof Syawal yang juga Ketua Senat Unimed ni mengajak para lulusan untuk tidak berhenti belajar setelah menerima ijazah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Wisuda hari ini bukanlah akhir dari belajar, melainkan awal dari proses pembelajaran yang sesungguhnya,” tegasnya.
Prof Syawal memetakan tiga jalur utama yang mungkin dipilih lulusan yakni menjadi ASN, bekerja di dunia industri dan perusahaan, atau merintis usaha sendiri.
Ketiganya mulia, katanya, namun apapun pilihannya, semua membutuhkan kesiapan menghadapi dunia kerja yang semakin terdampak oleh otomasi dan kecerdasan buatan (AI).
Merujuk laporan World Economic Forum, Prof Syawal menyampaikan bahwa 85 juta pekerjaan di dunia, termasuk Indonesia, terancam digantikan oleh otomasi.
Di beberapa negara seperti Tiongkok, Thailand, hingga Malaysia, perpindahan pekerjaan ke sistem otomatis bahkan telah menyentuh angka 70 persen lebih.
Maka, lulusan tak boleh hanya mengandalkan ijazah, tapi juga harus membekali diri dengan keterampilan digital dan karakter pembelajar sepanjang hayat, ucap Tokoh Pendidikan Nasional ini.
“Apapun latar belakang pendidikan anda, bahasa, sosial, teknik, ekonomi itu semua bisa relevan di era AI, asalkan anda mau belajar,” ujar Prof Syawal.
Ia menyebutkan empat sektor unggulan yang paling potensial ke depan, seperti teknologi informasi, e-commerce, energi terbarukan, dan ekonomi kreatif.
Lebih jauh, Prof Syawal merinci 20 jenis pekerjaan masa depan yang menuntut kompetensi digital dan strategi personal yang kuat, mulai dari data analyst, AI specialist, hingga digital marketing dan cybersecurity.
Namun, menurut Prof Syawal memiliki keterampilan saja tidak cukup. Strategi adalah kunci membedakan lulusan biasa dan lulusan yang berhasil.
Strategi itu mencakup membangun jejaring, beradaptasi dengan perkembangan teknologi, mengembangkan daya juang dan memperluas cakrawala pengetahuan lintas disiplin.
“Pentingnya diversifikasi kompetensi, bahkan bagi lulusan dari bidang non-teknis seperti bahasa dan pendidikan,” terangnya.
Dalam orasinya, Prof Syawal juga memberikan inspirasi dari tokoh-tokoh dunia seperti Michael Faraday, Thomas Alva Edison, pendiri WhatsApp Jan Koum, dan pendiri Tokopedia William Tanuwijaya anak Siantar.
Keempat tokoh ini menempuh jalan berbeda, namun memiliki kesamaan utama yakni semangat belajar tanpa henti dan tidak mudah menyerah. (DIV)
Penulis : Redaksi
Editor : Diva Suwanda







