Potretsumut.com – Sebanyak 30 warga negara Indonesia (WNI) menjadi korban penipuan dalam perekrutan tenaga kerja dan kini terdampar di balik jeruji tahanan imigrasi Kamboja. Dari jumlah tersebut, dua di antaranya berasal dari kota Binjai, Sumatera Utara.
Mereka mengungkapkan bahwa awalnya mereka tergiur dengan tawaran pekerjaan di luar negeri, namun kini mereka harus merasakan pahitnya menjadi korban penipuan. Tak hanya itu, mereka juga harus merasakan perlakuan tidak manusiawi di tahanan imigrasi.
Fauzi, salah seorang keluarga dari salah satu korban, mengungkapkan keprihatinannya. Anaknya yang bernama MJJ sudah hampir dua minggu berada di sel tahanan imigrasi Kamboja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Awalnya, anaknya memberitahu bahwa akan bekerja di Malaysia, namun kenyataannya, ia terdampar di Kamboja.
“katanya dia berangkat dari Binjai untuk bekerja ke Malaysia, tapi kemarin aku dikabarin dia di tahan sama imigrasi kamboja,” ucapnya
Namun, ia selaku orang tua tidak mengetahui anaknya kerja apa di sana. Hanya saja, sebelum tertangkap sama imigrasi Kaboja di Phnom Penh, anaknya dan teman-temanya tersebut kabur dari tempatnya bekerja karena tidak.
“Katanya ngak tahan orang tuh, tidak tahu kayak mana ceritanya tiba-tiba dapat kabar sudah ditahan sama imigrasi kamboja,” ucapnya
Ia pun mengaku saat menanyakan via WhatsApp, anaknya tidak mau cerita banyak tentang kerjaanya dan siapa yang bawa dia berangkat ke sana.
“Dia hanya bilang, abang salah yah,” ucapnya
Pihak keluarga berharap agar Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dapat segera menjemput dan memulangkan para korban ke Indonesia. Mereka juga meminta bantuan dari pemerintah kota Binjai untuk membantu proses pemulangan.
“Saya selaku orang tua berharap, pihak KBRI dan pemko Binjai mau bantu untuk menjemput anak saya di sel Imigrasi Kamboja dan memulangkannya ke Indonesia,” ucapnya
Para korban mengungkapkan bahwa selama ditahan di Kamboja, mereka harus tinggal di ruangan yang sempit dengan kondisi 6×5 meter dan hanya dua kamar. Makanan juga hanya diberikan dua kali sehari, pada pukul 09.00 pagi dan pukul 16.00 sore.
Saat ini, pihak keluarga telah berusaha menghubungi hotline KBRI Phnom Penh untuk mendapatkan informasi lebih lanjut terkait kondisi para korban. Namun, hingga saat ini, belum ada jawaban yang diberikan.
Kasus penipuan perekrutan tenaga kerja Indonesia di Kamboja menjadi peringatan bagi semua pihak terkait pentingnya kehati-hatian dalam mencari pekerjaan di luar negeri. (*)