Potretsumut.com – Menyelami kemanusiaan sejati melalui kisah dokter sosial terkenal, Lo Siaw Ging. Temukan bagaimana jejaknya menciptakan perubahan positif di dunia kesehatan
Dokter Lo Siaw Ging, seorang praktisi medis asal Solo, Jawa Tengah, yang dikenal dengan kebaikannya, telah meninggal dunia di RS Kasih Ibu Solo pada Selasa (9/1/2024) dalam usia 89 tahun.
Kiprahnya yang melampaui panggilan tugas medis dan dipenuhi dengan kedermawanan telah menciptakan warisan kemanusiaan yang tak terlupakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dokter Lo, yang dirawat di rumah sakit sejak Jumat (5/1/2024) karena sakit kronis, terkenal sebagai dokter sosial yang tidak pernah ragu untuk memberikan pelayanan kesehatan tanpa memperhitungkan imbalan finansial.
Sumartono Hadinoto atau Martono, seorang tokoh Tionghoa Solo, mengungkapkan pesan mendalam dari Dokter Lo yang selalu membekas di ingatannya: “Kalau mau kaya, jangan menjadi dokter.” Menurut Martono, dokter Lo selalu menempatkan pelayanan kepada masyarakat sebagai prioritas utama.
Profil Dokter Lo Siaw Ging
Dokter Lo Siaw Ging dilahirkan pada 16 Agustus 1934, di Kota Magelang, Jawa Tengah, sebagai anak dari Lo Bian Tjiang dan Liem Hwat Nio. Dalam proses pendidikannya, ia menyelesaikan studi kedokteran di Universitas Airlangga pada tahun 1962 dan meraih gelar S-2 di Universitas Indonesia pada tahun 1995.
Karirnya dimulai sebagai pegawai negeri di berbagai daerah, dan perjalanan kesehatannya membawanya ke RS Panti Kosala (sekarang RS Dr. Oen, Solo), di mana ia berjumpa dengan sosok mentor yang membentuk perjalanannya, dr. Oen Boen Ing.
Dokter Lo Siaw Ging dikenal sebagai dokter dermawan yang membuka praktik di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, dan di rumahnya di Jalan Jagalan No 27, Solo. Keputusannya untuk tidak menetapkan tarif kepada pasiennya membuatnya dikenal sebagai “dokter tanpa tarif,” sebuah gelar yang mencerminkan komitmennya terhadap pelayanan kesehatan tanpa hambatan finansial.
Tidak hanya itu, dokter Lo bahkan pernah menanggung biaya pengobatan pasiennya menggunakan uang pribadinya. Meskipun ia harus menanggung beban finansial sebesar 7-8 juta rupiah per bulan, ia tetap menjalani gaya hidup sederhana. Dokter Lo juga mendapatkan dukungan finansial dari donatur yang terinspirasi oleh dedikasinya.
Halaman : 1 2 Selanjutnya