Potretsumut.com – Buka tabir aksi Kamisan yang mengejutkan dari seorang ibu berani, Maria Catarina Sumarsih, yang menantang kekuasaan dengan penuh keteguhan dan keberanian
Aksi Kamisan telah menjadi simbol perjuangan bagi banyak keluarga korban pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.
Salah satu tokoh yang kerap kali mewakili semangat ini adalah Maria Catarina Sumarsih, seorang ibu berusia 71 tahun yang lahir pada 5 Mei 1952.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, belakangan ini, ia mendapat tuduhan yang tidak pantas dari beberapa pihak, menyebabkan reaksi keras dari warganet yang membela perjuangannya.
Siapa Maria Catarina Sumarsih?
Maria Catarina Sumarsih adalah ibu dari Benardinus Realino Norma Irawan, seorang mahasiswa Universitas Atma Jaya yang tewas dalam Tragedi Semanggi I pada tahun 1998.
Sejak kepergian putranya, Sumarsih setia mengenakan pakaian serba hitam dan melakukan aksi Kamisan setiap Kamis, berdiri di depan Istana Kepresidenan untuk mempertanyakan keberadaan anaknya kepada pemerintah.
Aksi ini telah menjadi sorotan publik dan simbol perlawanan terhadap pelanggaran HAM.
Reaksi Warganet Terhadap Tuduhan Tak Etis
Belakangan ini, Sumarsih mendapat tuduhan yang tidak etis, dianggap sebagai orang bayaran yang bertujuan meredam suara salah satu pasangan calon dalam pemilihan presiden melalui momentum Kamisan.
Tuduhan ini tidak hanya tidak berdasar, tetapi juga merendahkan perjuangan Sumarsih selama bertahun-tahun.
Warganet berbondong-bondong membela Sumarsih melalui berbagai platform media sosial.
Mereka menegaskan bahwa aksi Sumarsih setiap Kamis adalah murni untuk mempertanyakan keberadaan anaknya yang hilang, bukan untuk kepentingan politik.
Halaman : 1 2 Selanjutnya