Potretsumut.com – Kabar duka tentang kepergian ekonom senior, Rizal Ramli, mengguncang jagat sosial.
Ekonom senior, Rizal Ramli, tutup usia di Jakarta pada Selasa (2/1/2024) pukul 19.30, meninggalkan dunia pada usia 69 tahun di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.
Adhi Massardi, kerabat dekat Rizal Ramli, mengungkapkan bahwa almarhum meninggal akibat sakit gula yang berkomplikasi, setelah menjalani perawatan di RSCM selama sebulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Dimakamkan rencananya di Jeruk Purut, masih menunggu putrinya dari AS datang ke Jakarta,” ungkap Adhi Massardi, sesama mantan aktivis.
Sejumlah tokoh, termasuk Mahfud MD, telah menyampaikan bela sungkawa atas kepergian Rizal Ramli.
Melalui akun Twitter, Mahfud MD menulis, “Innaa lillaah wa innaa ilaihi raji’un. Sahabat baik saya DR. RIZAL RAMLI telah wafat, malam ini.”
Rizal Ramli, lahir di Padang, Sumatra Barat, pada 10 Desember 1954, menghabiskan masa kecilnya di Padang sebelum pindah ke Bogor, Jawa Barat.
Proses pendidikannya, dari SD hingga SMA, dilalui di Bogor, dan melanjutkan studi di jurusan Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB).
Dikenal sebagai individu yang kritis sejak masa mahasiswa, Rizal Ramli pernah dipenjara pada tahun 1978 oleh rezim Orde Baru karena kritiknya terhadap pemerintahan Presiden Soeharto.
Meskipun menghadapi liku-liku, ia berhasil meraih gelar doktor ekonomi dari Universitas Boston pada tahun 1990.
Tak kenal lelah dalam bersuara, Rizal Ramli mendirikan ECONIT Advisory Group, sebuah lembaga think tank ekonomi, bekerja sama dengan sejumlah ekonom lainnya.
Bersama timnya, ia menjadi sosok tak ragu mengkritik kebijakan pemerintah terkait isu-isu ekonomi seperti mobil nasional, pupuk, dan Freeport.
Pada tahun 2000, Presiden Abdurrahman Wahid menunjuknya sebagai Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Keuangan, dan Industri (Menko Ekuin).
Selama kepemimpinannya di Bulog selama 15 bulan, Rizal Ramli berhasil melakukan sejumlah terobosan, termasuk restrukturisasi menjadi perusahaan umum dan memberantas korupsi.
Pada Agustus 2000, ia diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Keuangan, dan Industri, menggantikan Kwik Kian Gie.